Pages

Senin, 29 Desember 2014

Kesedihan dan Keberkahan




Kahlil Gibran adalah salah satu contoh manusia yang menyelami kesedihan. Di dalam kesedihan itu ia mendapatkan makna. Lahirlah sebuah karya bak kitab suci yang dikagumi semua orang. Mungkin karena dia memandang dunia dari sisi yang berbeda.

Tangisan itu manusiawi, sebagaimana tangisan suci Nabi Muhammad saw. saat ditinggal Ibrahim anaknya. Bahkan digambarkan bahwa duniapun turut menangis. Airmata yang keluar dari mata manusia suci ini sama dengan air  mata yang keluar dari mata kita, namun cara menyapa air mata itulah yang berbeda. Rasa sakit yang muncul boleh jadi juga sama, namun cara mendekap rasa sakit itulah yang berbeda.

Ternyata para orang suci terdahulu pun mendaki tangga-tangga kesedihan. Mereka melewatinya setapak-demi setapak sebagaimana adanya. Bahwa kesedihan dankegembiraan adalah pasangan kehidupan yang memberi pengajaran. Bukan sebagai hukuman yang menyesakkan yang mampu menghentikan perjalanan. Dunia tetap berputar, matahari tetap terbit dari timur lalu tenggelam di barat, manusia yang lain tetap dalam pekerjaannya sebagaimana sebelumnya betapapun kita menunjukkan kesedihan. Kesedihan tak akan mengubah apapun, kesedihan hanya melukai jiwa bagi yang tidak belajar untuk mendekapnya.

Kehilangan mengajarkan arti memiliki, begitu orang bijak berkata. Bagi yang merasa pernah memiliki, dia akan kehilangan. Namun sejatinya kita tak pernah memiliki apapun.Konsep kepemilikan akan menjadi nutrisi bagi ego untuk tumbuh menggelembung. Di puncak sudah bertengger penderitaan mendalam.  Merasa tak memiliki dan tak dimiliki adalah ajara sufi yang begitu agung. Dengan demikian mereka tergambar sebagai mana al-Quran memberi gambaran: “mereka para kekasih Allah tidak ada kekhawatirandi dirinya dan tidak pun mereka pernah dihinggapi perasaan sedih”.Begitulah keberkahannya.

Saya pun tidak tahu apakah Kahlil Gibran adalah benar-benar manusia yang dibimbing oleh kesedihan atau sebaliknya, tapi setidaknya dia mampu mengubah kesedihan menjadi sebuah karya. Semoga kita yang sedang mendaki tangga kesedihan mampu terbimbing dengan tersingkapnya ego selapis demi selapis. Kehilangan itu memberi tanda bahwa kita masih memiliki ego untuk memiliki. Lepaskan! Di puncak pelepasan akan terlihat cahaya indah yang membimbing. Inilah jiwa yang belajar pulang. Sebuat transformasi besar dari ketakutan menuju kelapangan. Di titik ini terlihatlah bulan purnama. Cahayanya disebut dengan pencerahan. Bagi yang sementara belajar, bagian yang terang itu disebut cinta, bagian gelap di baliknya disebut ketakutan. Namun kedua-duaya berasal dari bulan yang sama, hanya saja bumi berputar.




Minggu, 28 Desember 2014

Masih di Jalan yang sama

Di sini kita berjumpa dengan wajah-wajah mereka yang belajar menapaki jalan panjang ini. Sama-sama belajar membuka rahasia, belajar tentang kesembuhan jiwa.

Di sini  kita berjumpa dengan pencerahan, belajar untuk tidak menanggapi masa depan dengan ke khawatiran. Sebelum ini, kita dibuat terbiasa menggendong masa lalu yang demikian beratnya. Di luar batas  kemampuan, seperti mempersiapkan datangnya tamu di kemudian hari yang bernama kegelisahahan. Ketidakmampuan memaafkan, berarti menambah beban dipunggung sementara manusia terus dipaksa oleh waktu untuk berjalan maju, tanpa jeda.

Mana mungkin bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya, waktu bukanlah roda yang bisa diputar kembali. Tapi ada yang mengusai waktu dan tidak terikat dengannya. Dalam hening do’a-doa kita segera temukan bimbingan-Nya.

Memaafkan diri sendiri yang terlanjur tergores oleh masa lalu adalah langkah selanjutnya. Bila orang lain tak ada satupun yang bisa menerima,  masih tersisa satu orang yang bisa mengerti diri kita secara utuh, yakni diri kita sendiri. Bahwa semua kejadian memiliki waktu dan tempatnya masing-masing. Berjalan apa adanya tanpa cela, di dalam takdir-Nya.

Baik-buruk adalah pesan-pesan rohani. Baik adalah pesan motivasi dan buruk adalah pesan untuk tahu diri. Dan selalu begitu. Pesan-pesan semesta seperti lidah-lidah Tuhan yang berbicara kepada manusia. Untuk itu diperlukan interaksi universal dalam memandang semuanya. Baik-buruk, sakit-sehat, derita-bahagia,malapetaka-ketenangan, jahat-baik dan sepasang lainnya adalah takdir kehidupan yang berhak diperlakukan secara utuh. Ia akan tetap berjalan di garis takdir yang digaris oleh Tangan-Nya. Lalu apa yang disedihkan dari masa lalu?

Di sini kami dijumpakan dengan seorang guru, yang membimbing tiada lelah. Bertemu dengan sejawat yang tiada pernah kehilangan senyum. Di sini kami berkumpul untuk saling menopang agar bisa berdiri bersama, lalu belajar berjalan untuk menghadap-Nya. Dia akan berlari untuk menyambut kita, sebagaimana janji-Nya.




Jumat, 12 Desember 2014

Seni dan Agama

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQcinQMDYR5rhAJjs3spe8dirWISU_OrxysKJoSWbtqhCSTc5JxQ
Teringat lagunya Iwan Fals: “Kalau cinta sudah dibuang, jangan harap keadilan akan datang.” Salah satu bentuk ekspresive dari cinta adalah kepedulian. Menemukan keadilan adalah pekerjaan berat dan tidak mungkin dilakukan kecuali orang-orang yang kuat. Secara radikal manusia sangat bergantung pada cinta. Otak manusia terdesain untuk memberikan kepedulian sekaligus menerima kepedulian. Saat kepedulian dihilangkan, di saat itulah manusia akan lemah.

Senin, 17 November 2014

Mengurangi Narsisme


data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBxMTEhUUExQWFhQXFxkUGBgVFxYYHBccGBccFxgYGBcaHCggGB0lHRcaITEhJSkrLi4uGCAzODMsNygtLisBCgoKDg0OGhAQGywkHyQuLC0sLC8sLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLCwsLP/AABEIAMkA+wMBIgACEQEDEQH/xAAcAAABBQEBAQAAAAAAAAAAAAAAAQIDBAUGBwj/xABDEAABAwIDBAcFBAgFBQEAAAABAAIRAyEEEjEFQVFhEyJxgZGhsQYUMsHwI0Jy0TNSYoKisuHxBxVzksIkQ2OD0lP/xAAZAQEBAQEBAQAAAAAAAAAAAAAAAQIDBAX/xAAnEQACAgIBAwQCAwEAAAAAAAAAAQIREiEDEzFBIlFhceHwFKHRgf/aAAwDAQACEQMRAD8A8PQhK0X4LZREJ4EXsQDv0PdvCYgBCWN+76/NIgBCdIjmNIGt95TUAJ1NkmBGhNyBoCdTvtYbzACKb4MiNCLgHURod97HcbhNQCgJZmATb0lNSg668u3n3SgAeKRCUhAIhCEAJ7DZ2lwBfUXBlvO0dhKaEBuvLmPLigEQlISIAIQnNIgyL2gzpxtF01ACnwrHOIY2ROsE35m6hZEiZibxrG+FobJ2kKFQuDZbeAYnkCfyUZGdG3AGjTFNg+1cW9rQTv5kAlYe0MMMzRc5i4zrMQCr+zvaNvSVKtYHMRDcmt542tJ14rWq7Hp1S6oxxyikTrbWTfcIvb5heasHbM37nC4hsOcBEAkCDI7jvHNaWy9nh7C6YM5YPdp4rZGyhkJYwdZoIJ+60i9uIkjuMKP2WbNN7HaF0XF2uHEc54/d7lZTeOi2Y1WiWZtDFxe4PER2Ie5lRtrOF4jlu+t6h2nSLajhEQSO3mqrAN5juldktWBTprrunhvI7/VNU3TNDXNDQcxaQ505mxNhBgAzeQdBoopC1ZREIQqUWUZbTbWNRPhr3pEIAQhODZ04TcgaCTqgGoQnB5gjcSD3iQL95QDUIQgBObUIBANjEjjGiahACE+k0EgE5RxgmO4JiAWLT9fVkiEIAQn0QCQCQASBmdMNuOsYBNuQO+yYgBKAkQgBCdVZBIBDo3iYPZIB8k1ACELU2Vg6T2Eud12uBykgAstPObqNpK2Zboy1u7H9o30adVpl+ZoY0HQan1hZ21DTLz0QhkwBvjn/AH3KCk4sIdaVl1JDujRZ7QYgNAYcobqQAZJOpkRyj81JsfE1IqlrgIOc5gN4Mny7EzFN+ylrhcy5o3845LNZVIs0wHAB26e08FnTRlbWiXaGPdVMuieQj5qqFI5xbadOEb0zMVs0IDCUEcD4/wBE1EqFHEJEIWyghCUuMRJgSQNwnW3cPBAIhCVxuYEcuHJAIhCEAIKEIBz3yAIAgRbfcmTxN47AE1Cc55MTuEeGiAahOcyADIvNgbiLXG5NQAhCEAIQn08t806WgA33TJsEAxCEEIAQlAnROoxmGa4kT2TdCD8O9gnM2eFyB5J+Kc1pIpmxaJ9Y8gtDaGHoCBQ62YxJPwAxl+ck6FY9UXO/nx5rnd7Mpp7EHNW8IOwbhJKqMIm/15K7RZlZ0tiM2QA2JMTI7JHiEZWRY2mGmNSqylfSdlzEWmJ4nVRIggT6gFr338k0BWK2GibHq6zFuatlKqEKQOjj4/0QDUp5IbG/8uzzQeS2USUpj80iEAJcpmIMnd26JFJWrve7M9znOgCXEkw0BrRJ3AAAcAAgI04usBAt9XTUIAQhCAEIVzZWzamIqCnSbLjfgGgaucdwH1dG6BTSkLstq7PoYCkMo6Suf+5Vbp/p0j8IH6zr9mi46o8uJJJJNySonYGpWRImSN8GDHIwY8EiFQCEIQDg+0W37hvEa/Ubk1CcSIFr3kzrwtuQCNbKvnDNMuaCBGhiNLyTuhVMPULTmABjiJjge1arsI6MnSB1R7QcodxIOQ7psJ5jksSZzkzGi+vgke2NVPUwpBMg9V2V0CY+oKtswmcF4mR4WFhOsxFufcpZq0Zanwj4cJAO6/PuPoivQLdQQba23A/NRsMXIlO47nbu2bUqMp0zPWzkhxaQ0NIzCQ0GwBI5lvFcvtfZ5p1KgA6rSIngTA7bghWMJin03sqZ3BosNZa1xk6x48uSm225pr3cCwtaYbuGaYdJ6upNtxC5Ri4y12OcU0zJfTLAx289e4sBPVtzhdbgdmtxVGtUADZcA0ySSRu1mAIPlzGFtmq2rW+yEtyhjQNSGtue8ytn2MxLix9KerrA15k745bzronLbjrubZz2D2aH1DTc4tgCDlkSYgHhr8laxjmU3ljQ1wbAzFrSTbmFo43C/wDVYlwEta1mZvEPYMw7dY5gdo5aq7rGCSJME7xuK1H1bZoalzGI3ax2aep8UiCu5QQhCAVsSJ03wkQlc4kyTJO8oBEIStaTYCTyQCIQhASUKLnuaxglziGgDeTYBeqbJ2O3CUAIkmHVHaZzrlk/dHD8yuS9gMCHVHVT92GM/E7UjsH8y9S285pw2WmD1WguJ39nZAC4cst0EeO+1uMdUrS7nA4LEWr7R0i2pfeN6yl2XYgIQhUoIQhAASkX17x/VIhCGhRYWML4dkPVuAA6R27u9VcI8h1gSYixg9y0n0SaDA3rak3nJy5E/JZjKZDgIuCuSfcyt2SOqEA5XwH2c3rXvN5mVNs/abqR0DmkzBmAYIkDjdSbWZTPWHVfMOaePELNcBuM90dq1Ha2FTR2Hs1hG16OKG8wQ52omN6oUtnUqtBvRgCoGS6+pLj+UdhHBY2H2hUYxzGOIa/4gN+n5KKhiHMJLSRIgxvCx09t2ZxezWxOd9GajiCwx1vvQNB2LHeLrp8RWNdobTaHBjWtIzCxuXG+sniVzbqtwIHVtaNN996RLE0NlUzUGUC7RnmdwIADYvOYhSU8V0DQ+m6KhbdszlOYibaO0I/NVNnPh9gDEgZswjmctzaRG+UbVfmIMtmBZtgOIAvHeZ7NArYrY2ptKp9oCf0mXPzygiPMqpm+rfkmlItmyQvJiSSAIAJNhJMDgJJPeVLWxJOYABrHPz5GzDTeAC4l0AOIuTzlQIXShYoQQkQlAEIQlCwQCiUrRfWOZm3glARCAEKA9T9idkkYWhVcf0pe+SdclTo9dZt4Bd5QoMNKrnOjSAB2SJ56rE9lWdJsbBFtzRNTMN8OrPAd/CVfxtIw4tdYwe0A/wBV4pO2aPHvbOllqAcJH1xXOrs/b7C5cpBBudN2664xeuG4oyCEIWgCEJzGE2AJPACUFjUK64NptPVzFwsXAjLzEWM/LckGDBIgkNtmJgkfrENtIHyWckZyH4Dar6TS1rWkGdRMTF/JaW0n0rVA4Alhq5Z+8Xjdr953c1Yb6YuQZbJA3HkSNwV/E7SJpMuOkGZhMAy0tAAk30tOoWZJWmiNb0VcfizWdmywYi15gan60VYCbDVWuhOQFrYIBzOLomRoJI3GLJcLh6moEAgySbEDXtWk0kW0kQDDOguiAATfkQ31ICZLcuhzTrmERGmWJmd89yA46Xg6qxh2hrmv+INcCREWEHs3pZTUqbL6OiyZL6l8gO4Xk+BHaTwWIGSYAvMR8lun2kzVXVX0wTGVmUxkaAABGhET3uKpYXGUgQ4th/T551GQi7TxvHiVzWSuybKdIuOY6m3brFlI2iXuyZgYkAnSBv5JK72CoSwSw3AJGh3GEjcQ01Guc0Zc0lo0ibjwW60UrPbBhSNw7iJAkdq3sXs+lGNLQWhgolgO4Pe2fAHRT4LZWFyDpHvz78rZGu45Tu5rOQs5iErmRGtxIkRO4x3gjuU3RpWtuLTG4zB5Wv4L3YmMytCIU+RJ0amBciMRBkX3X0/NNhTdGjo1MBkQwiFKWIyJgMiJJCsUqDnENaCXGwAEk9gTXUoMcLJgXI9z/wAAdoNq4SthX3yPsNCGVATr+IP8V6JtfA0qdF7nNEQW2Em+lhG8SvnH/DX2mOz8ayoT9k/7Op+EkQ7uI8JX1GTTxFLWWuE28V8/n4sZ/Z0jK0eCe1my2upOcPvSA3XKZ08D5LylzYJHCy+lNv8As4BTc1gzSb7rb93YvCvazZJo1tIDvVd+B2qMy0c/CIUmRGRejAzkiOFJSDbl0ngBv7TuCMiMiYC0XNpYT4XsYQ1zQ4eQPdJieSsYjCOFEGWvsCMtzlub2tFwd4sqDqz/ANY3tqdJzR2TeFJh8U9jS1pjNroZ0tdceizJHQw5LSYmLTwNoDu2bc1DWY4QXCJFrQrNN5aQbGR1gBa+6NJg+a0trVKdamCyc7YBBETJiRx4f3WZRki5bMmlVbEPZPAtse/cVsezlPpK3WJc2m0kAkiOzumyzXVhkDMgtcOiD3xrqU5mFc1jn2AEixBMkRYg/PitS4/Q7I9jX4D4Jc0BzQ6TzvHAEJMdULXFnVIbYEACbWkjVRuLQ0NIdmkG9rEXv2xuVnZ2HFQvcRJaAQIho3ZnHhwbvJXN+5ooObx14QmNE2Wzs3Z/vDy1hAyMLutq9xgR9aQqL8Ow1MrH2kAEzr+UplstlUgJZsRbWdBu56qw6g4EEjRwaeZ1E8iFM6s1jHjKMzyQQQOpDrZSZ7F0UlRGxlPaDgKoN+la1pOkZHNc3+UKs5xJmdbpa5uDqSLk3vKkyrfGk7I3Re6JIaK0ehQaK9mJwszehSdEtLoU4tJibgAtAM2mTbvcT2qYizNqYYgwQQRuIg+CZ0K0hRF7dnK/mk6BMRZQY0tmCRILTFpBsQeR4JnQrS6BIaKYizuf8LNhs6GviHCXvDqVOdzQBnI5k27ua8/2rgclZ7f2ifEyvQ/YTaWSgWb2vPg+8+MrK9s9nAu6Vo11WUtmr0cMaK9O/wALvb73fLhcSfs/hp1Cfh0hjpsANx3aLgehQaCk+JTVMRnTPp/FVQ5k2IiDaO8ry/2+9nxUa4gcwuX9lvbTE4OGj7WiLdG86Dg19y0ciCOAC7qn7dYHEth80XRo9pj/AHNkeMLxrgnxytbO3UjJHh9XClpLSIITehXoftHsnD1evRq0ieT2381yFbBlpgx3EH0XtjtHF6MvoUdCtHoUdAtYmbM11K4+tyXoVfdR6ze/0TzQsVMS2ZrKNh2JlanEcyAtSjR6o7B6Krj6cOpji4HzA+azJVEqeyvRpW7CR4FLVpw0zMW9Y03q9QpdZ44EHxH5gpuLpfABvePK/wAkcfQL2UsfhHdKZa4TB61yA4S3NwkblZqsqCl0Lcoa4tqOgwXTOWSdw4cSpmlz6hc4kucxhJO/X8lFXk1SDupiO4/3Xn6PpRvPZHhnOpE5HdYS24gCbETMH0ssreuiwOEa59QPIhocRM/FlGTtu4mOKyKeDzFom7i4f7dJ7VhwaZpNAMU5oI1DrOn9kyLqfHUx0ecfC6o4MnUNBJ8Z43TMXQyFrN2YO/3WI/hU5afd3A3ykj+K6vTbf0S+zM6pTjL9DVW3bSB+63do3l2+epVnG0A4Ydoy53FzT2yGie8G35rHq08pIOoMWWZadGls7noEnQLY92Se7L6+J4sjKNEQBF5N51FoEbov48kzoFse7I92TEZGP7uk93Wz7qk91UxGRkOw43acxHkm+7rZ91QcMmJcjLwj3U3ZmGD5EcCtp21Kb2w9rgeVwoPdknuqYDIyq1Bs9WY5odSkAQLTcC5nid/JavuqPdUxGRj+7pPd1s+6pfdUxGRijDpfd1s+6o90TEZGP7uj3dbHuqX3VMRkYNSh1mfveil93WjiMN16fMuH8BPyVj3ZRR7hswsJRmmw/st9AqWOaTUAmzOjAHAvqAn+VdDs3C/ZUxwY0eAhZZoz0lTd7zTaOxj2s8JJXOcfSv3wbi9sjNGKw/aYfFp/JybiKM1qY4B7/QD1WttDDw+i7/yZD++0j1AUWGw+fFVDupsbT73HMfkq4+Pn8kT8/BmYRnWYONFp8D/VVcSyMQ7lSJ8LrWoUIfRPBlNh/eFQfzNaqxwxdjarf/GW/wADf/pc5LS+zae39C0aMVqg4hjvUfJZGFP2tIc3+bnD5Lp2Uv8AqKZ3VKJ/hc1w8nFc9g6P2zT+o9rT+/WcPQqTW19/4xF9yT2kwpDGvG4we/Q+XmommaeJHA5vH+y6D2mw3/TVDwyn+ILBwbZpvd+vSq+NPK7/AJFTkjXI/lfgsHcSrtkODzAswh0/j63qCruy9m56TXEXMn+IqLHUndAazv8AvGRyyOAYO9ubwXU7Hwv2FLmxp8RPzU44ZTd+37/QnKomn7+zgg45vBc/0h5z5/0SGrx8/wCy9WZwxOh9+bwR783guf6W3qkNYx9fNMxidAce3gl9+bwXP9J9BBrn6KdQYm/7+3gh2NbwWB0sa/L5pelPPyPpqmYxOjp12ncm1MS0blmYWrHpe399FHinmdfrvTMYms3EtO5WmslYeABLhrM8+OvBb2ENgIvcwRH0LLEuZo0oAaEKGo4BWazyRa8LKxdWLXhRczYcCV2MbwTf8wbwWRVqQZ/JVn1RxC31CYnQHaLeCQ7RbwWAa1pn1+STpO36706gxNbG49uakY+GpPbLHsjxd5Kz/mbOC5nFvOUfiYd40eOSnLyGl33RPHcL7uSz1abLiaNDazadJ5I+E1D3Z3Fo8CAqbasYPo46+TPJ/XnpP5lhPxbah6Nl89QWg/CGgkX5ha7i0ZS4gAmNfLwXLqry/g040Xtr7VY6jmA0NOqL7mva70Tdg45raZc4deo91V19MxsO4QuUxmLGU0gTAJE8Wi7Rr2DuW5VexlNr5nMGkbrxOsfULP8AIWVv2K+PVE9THtyOMXb0bh/6qrnnysm4PHN97e+LHP8Ay0fyKh2Xhs7XF0NDpg3PF09kEqDDUhDXZm5iSLR+q25jiGk/2vn+RFtFx7mkdoNBwpj4HOpm+oLC31aFk7Oqta2o4i7sTTPcyoD8yqGIxb8xa0Ns7OLO3Emb/V1baWto0w4kuD2EncJeTY9g39yzLnV/vtRrBpHQbd2k1+HqtA1afK64/DYomk2kLOzuId+y9mV7T4DxXQbUwoaww6czTA4zcD0C53DtaA5xHXFRpkWAEwbDQX3BTk5lOVoccaibm2tpNOBpMDRJFMdmVsmOGkd619h7ZYMPSBFwwN14W+S4itWMBpghoLdd+k+AUmFezKJa4nlMa9q3Hnqd/AfH6aOgcYsQRyI/IpnSDeRP7Lo9SoiXREGR+0/0KQuP3pBHEDzli7Wc6J+kB59pB9HJ5dxDge0/kq9Go06ETwG/wQKVQ3guHAWjl1gUsUTMfeGkTyv8091Q8fEEeZt5qEP3HM0ji2fJkJlTEBv3mz+J7D5k+iWKJxVvAcO6D805hI1BPp5FQjrMkl5O++YcrtBPimOYNzyN98w7rsUsUbWEEDUCdznPH81vBV6p62vgSfKEyhXItmaQBurOHqI3bkzEOJN6b4/9Lh3b/mlijQw4JIGu8k5hbsLQO9b+FpnLF7NjNrExaPresDZOHINw5u+DTqMkAaSHFp7Qt5t3GeqRAJDi4ydJBaN3NcZSRtJktd5m1wLEgGPMLDx9TWM5BOpBiNxFlq13ugDK4uO61xOvxQN+qwsdi6umR/HWLzvIrJBhopP/AAnvj8khpv3QO8j5QoqtV5BB7bjTxzLGxNCp+ueFjA9AF0cqMqJd2ljXUoIDTqDv8xBHekw+2WFoNSAeF3T2Rp3rDfhCE33Zy4PknejrhGjYxm1aTgQA6+8AD5qrX2uTZoOU6tPrbes84cpOhPBc5OT7mlGKJW4kAy1uU7iHOkJOnlsGDw1nt4KE0yNySFk0CuUce8CJtlyX3DcRwiT4qmByVingKpuKbyNQcpv2FSikjcVVy5cxjde/WERPBWcJ0tRuVsQyQcsAmQYJ42kd10zD4eqDLqZlumfq9msTGqqVcMW6lvcQVKJo0qWMDGyMrqhJBLpHUIEAXE3n6JTMXjc0SCLgl0kxAvHeZ7llZirFBzdSD3W75F/JWkKNHaOIfVcDH3W2jcRbskRae9Z9TJYC3Ezr4KcPadM3OCDaIjcdFH7sw6PAPMEHzRIiGFrS2wOYTrPdyUwwjBZzwHb7IOzn7i080f5Y83MXvqlMtmmGObbI8ciacd/WTulYB1mHxn0KiFR4/wDynjDZPmjLU/Vn8LWD0Mr3HnH03NqaVMvI5/UugIqYaPvAngQz8j6qrVqPbZ1Pn1gXf8lKzaLDZzP9rWifNS15FPwPa94sDO+CCR8gnsr1P1GHkIjwLkyptCmB98HgQI8dUMxFImHZxPAtaPNyX8ivgmeeNEt7HtH/ACSNrnSa3ZmpOH8TildQoHSo3951/wCK3gp8Ps6m74arCeADJPZDldksWoXZR9lmjV3QU395dTq/JQMLSQBSpg6DrVKZPKLx4hXKeziAQGNfGpc0Oi/FsTv1VSuyudGUxusxoI/dcLDuWXZpM1MNTqUSerVbTtIHR179hIfx0Wzhq+dsNe0mJdmY9juBGQvHfCxNlbZNIAVqNTc3MAHN33gDjuC36uLw72fE3rWaxxFI63gVGtPeJ0iVyk6ZpIhxAexsFrSDo0vyaaEgtI8Fi4l8k/Y1CRYlr7eTpOm5bO0HNaC4lxMaQHnXQljeWsblz+Kx5LhmouyTd2WsZtuBg25qxkmRpleuJ1fUaODmudPjmVRuFB0LD2tAP8oUuJ2lh5IyvHa38yfMKB2KoutncP3Y/lC6WiUxr8EQY39p+ZPkmnDkXM9+X+6a/DMPwu83D1uh2De24c7xn5qUX/ohY3efIz46JsM489f7Jr8Q7RzZ4nT1AUTnsOsj65FYbKkWWNp8QPEnuyqKpWoj7r3H/b6yog0HTL3yEvROH6sHn8gZUZpURPxY+6xre2XfzW8k6ttSs7Wo7uMJH0DwCb7ueC54s1ogdUJ1JPaUgUnRfVk+mwDX1WaZbIg1GRWWvamucOCtCyDpDvv2p4qTv8bpHuUZUBO15Gkjs08E73t3FVgUSgo16FOh94OHadfMIdRpE2zxuj+sjzUVTUdiWv8ACvTZxJM/RkFtR44S4+kQp6W2NzxnHIAHz1WKzVWd/copPwacV5L/AL7QIu108BlA7yDJSMZQc39I1h4ZanrJ9FnncpDuVyM0W6WBY7SqwdrtVZo7DDiIzEHeyHehjesSr8RVrZf6ZvaETXsVp+5crbEqsJyNcIO9zB2GA5Lhn4lgcQQYALsxk6/XgusxHxs7/QKjtv8ARj8LvVys1j2Mxlfcp4b2nILTVpNkWkTm5EgiOGhHKF0VDF0ahDm9E8xBOVjv3iCNe0Lz7a3/AG/9JvzVnYfwv7QuWn3RuvKOlrlgzkNptzfE1tZrQ4g5QXNIyNB4XWbXx9RgkMkExHXeNbwYEDsC2tk/pKf4mKPG/DU/1PmVUqloXa2YFfajT8dJ7O5pH8QBCoRRf98NP4P/AJMeS1Mf+iHb81z2I+LwW5N+SRS8Fs7PaTDXZuwt8rpP8tqC7ZEX+IT3Qs5uqkw3xBZTT8Gmn7lx1GtxJ3fEPC6Yajxq3xHzCkO763KzhfgctYmbM01ODR2gwkDwNzh3+Sus+Z+Skrb+wfNYcTVmbm/EhpH6xHcrAVR2vistUVbFjgU4U3XMfXBRJ7NfBZNCEpSyFLiPmoamngjQQpaI1KjISnd9b0fmslGhqXKhuqc/5D0Sgf/Z
 Semua manusia menginginkan Tuhan, tapi bertengkar seperti iblis yang menghindari penyatuan

Mengurangi sifat egois dan belajar mencintai, itulah sesungguhnya misi manusia di sini. Kedua hal tersebut saling berkaitan. Semakin hilang sifat egois maka kemampuan mencintai orang lainpun semakin besar. Dalam pengembangan jati diri manusia, inilah yang terus diasah.  Bersifat paradoksial memang, sebab manusia terlahir telah belajar mempersepsi dunia diluar sana yang terpisah dengannya. Bagi bayi, hanya ada dua kategori: aku dan bukan aku. Perjuangan untuk melawan sifat bawaan inilah menjadikan jalan spiritual terasa special sekaligus berisi ketidakmungkinan yang besar bagi yang meragukannya. Betapa tidak, mengubah persepsi bawaan membutuhkan daya juang yang tinggi dan kesabaran di dalam kesabaran.

Kamis, 06 November 2014

Alangkah sempit jalan bagi yang tak memilik jalan

Seorang murid bisa saja melakukan perubahan, tapi tidak bisa melakukan perubahan fundamental dalam olah batinnya seorang diri tanpa seorang pembimbing. Di dalam diri ada pertempuran dahsyat yang terjadi, dimana musuh dan sekutu berwajah sama. Seorang murid bisa saja salah dalam mengidentifikasinya.

Bukankah kita bisa berjalan seorang diri dengan mempelajari semua teori tasawuf? Begitu seorang berceloteh. Tapi dunia batin adalah wilayah yang luas. Belantara yang tidak pernah terjamah oleh murid. Seorang pembawa peta betapapun jelasnya petunjuk yang diterimanya tetap harus bertanya pada orang yang pernah berkunjung atau setidaknya penduduk yang mukim di wilayah itu. Sehebat apapun peta yang dimilikinya, tidak akan pernah bisa menebak kemungkinan yang terjadi selama diperjalanan kecuali dibimbing oleh orang yang senantiasa melalui rute tersebut di tiap harinya. Itulah Mursyid. Seorang sufi Turki berkata,” jika kau punya luka, kau memang dapat mengobatinya sendiri. Namun, kau tidak bisa mengeluarkan usus buntumu sendiri kecuali dengan bantuan seorang dokter.” Luka sepele dapat diobati sendiri, namun luka batin yang akut perlu bantuan orang lain.

Tanpa seorang Mursyid, perjalanan akan ditempuh selama dua ratus tahun yang semestinya hanya bisa ditempuh  dua tahun saja. Memang ada beberapa orang khusus yang bisa berjalan tanpa seorang Mursyid dengan lama waktu tempuh yang relative pendek dari biasanya, namun apakah kita berada di antara kelompok mereka? Biasanya praktik ibadah yang bersifat Taszikiyah an-Nafs dilakukan sekehendak hati, bukanlah yang benar-benar dibutuhkan oleh jiwa. Ego,sebagaimana asalnya akan mendorong untuk memilih ajaran dan praktik ibadah yang membuat jiwa tetap sebagaimana sedia kala. Secara paradoksial. Ketika seorang mulai menempuh perjalanan spiritual mendadak kekuatan nafsu akan bertambah. Di sinilah peran seorang Mursyid, agar tidak terjatuh ke lubang yang tidak semestinya atau setidaknya sekadar identifikasi wajah musuh dan sekutu diwilayah batiniah seorang murid.

Istilah yang popular di kalangan para sufi adalah barang siapa yang berguru kepada buku maka sesungguhnya ia berguru kepada syethan. Ini tidak diartikan secara tekstual.Setidaknya kalimat ini adalah penegas betapa pentingnya seorang Mursyid pembimbing dalam dunia tasawuf. Sanad guru sangatlah penting. Silsilah keilmuan yang merupakan mata rantai yang menghubungkan ke Rasulullah saw adalah hal yang mutlak. Seorang bisa saja menghafalkan al-Qur’an dan jutaan hadits, namun sanad guru jauh lebih penting daripada itu semuanya. Setidaknya kesempurnaannya jika didapatkan kedua-duanya. Adalah Rasulullah makhluk termulia, namun untuk bisa sampai ke langit ke tujuh tetap butuh tuntunan Jibril a.s. Adalah Musa betapapun mulianya tetaplah dipurifikasi dengan bantuan Khidir a.s. Lalu siapa kita yang dengan pongahnya akan melakukan perjalanan sendiri menuju-Nya tanpa bimbingan seorang Mursyid?

Mursyid bukanlah orang yang bisa menggaransi seorang murid untuk benar-benar bisa sampai kepada-Nya. Adalah rahmat Allah yang bisa membuat jalan yang ditempuh terlihat seperti cahaya yang bergerak menuntun orang tersesat di malam hari. Mursyid seberapapun hebatnya, ia tidak lebih dari sekadar menghidangkan hidangan rohani, selebihnya cicipi sendiri apa yang terhidang, rasakan nikmatnya.

Alangkah sempitnya jalan bagi yang tak memiliki jalan dan alangkah terangnya jalan bagi yang diberi petunjuk, demikian nasihat beberapa Mursyid. Yang bersungguh sungguh untuk Tuhan, maka Tuhan akan membuka banyak jalan menuju kepada-Nya,sebanyak helaan nafas orang-orang yang bernafas. Sebanyak hitungan ciptaan-Nya.Percayalah!

Senin, 03 November 2014

Hujan dan cahaya



Ada cerita tentang segerombol kelana terjebak di gurun tandus tak berpenghuni. Pada suatu malam hujan pun turun, lebat sekali. Selagi hujan mencecar, sedemikian gelap juga menyambut. Seperti sedang saling mengikat janji, guntur dan kilat menegakkan tarian kosmik dalam sahutan demi sahutan. Segerombol kelana berani dalam ketakutannya sekaligus takut dalam keberanian. Mereka berlari-lari seperti mengejar yang tak tergapai. Dalam keyakinan yang nyata, petir sedang mengancam hidup mereka.

Sabtu, 01 November 2014

Modus Hidup


Cinta itu luhur, namun di zaman ini cinta terdegradasi menjadi kepemilikan. Istri adalah milik suami. Atau suami adalah milik istri. Didapatilah lara berkepanjangan saat Istri sudah tiada. Kita mengenal Taj Mahl sebagai perlambangan cinta seorang Syah Jehan kepada Istrinya yang meninggal saat melahirkan anaknya. Taj Mahl adalah sebuah kuburan dimana sang kekasih tertidur sunyi untuk selama-lamanya. Entahlah, tapi begitu cinta  dengan modus memiliki tumbuh, keberpisahan akan menimbulkan lara yang tak pernah habis. Kisah lainnya adalah Qais dan Lailah, cinta gila. Atau di zaman modern ini kita mendapati orang yang bunuh diri karena kekasihnya telah meninggal.

Sabtu, 25 Oktober 2014

Dunia dalam genggaman, tapi tidak di hati


al-Kisah, hiduplah seorang Syekh yang sangat zuhud. Ia dikenali sebagai perangai yang luar biasa zuhudnya. Ia memiliki begitu banyak murid yang hebat pula. Hari-harinya diisi dengan munajat panjang tanpa henti. Pekerjaannyapun sangat sederhana, sekadar cukup untuk makan hari itu.


Pekerjaan Syekh ini adalah memancing di sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Ini dilakukan setiap harinya. Uniknya, dia tidak mengambil keseluruhan bagian ikan yang didapatkannya. Ia hanya mengambil kepala ikannya kemudian badan ikannya dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Dikenallah ia dengan gelar Syekh Kepala Ikan.


Suatu hari ia meminta salah seorang muridnya untuk menemui gurunya yang berada di kota. Sudah sangat lama ia tidak mendengarkan nasihat gurunya.Hanya karena kesibukannya untuk memancing demi melayani orang-orang di sekitarnya dengan ikan hasil pancingannya maka ia tidak bisa menemui gurunya secara langsung. Si murid bersedia.


Berangkatlah si Murid ke kota untuk menemui guru dari gurunya itu. Ia mendatangi rumah sebagaimana petunjuk gurunya. Sampai di depan pagar,  ia tersentak. Di dapatinya sebuah rumah bak istana megah. Di jalanannya dibentangkan permadani-permadani mahal. Taman-tamannya dihiasi dengan pancuran air dan lampu-lampu mahal. Di sana-sini penjaga bersileweran. Ia ragu, ini bukanlah rumah yang hendak dituju. Tidak mungkin gurunya memiliki guru yang hidupnya dalam kefoya-foyaan harta sementara muridnya mengajarkan tentang kezuhudan.


Di tengah keraguannya, ia ditanya oleh salah seorang penjaga. Ia menjelaskan bahwa ia diutus untuk menemui guru yang bernama Syekh Fulan bin fulan. Si penjaga mengiayakan bahwa tempat inilah yang dituju. Ia lalu diantarkan menghadap kepada Syekh tersebut. Setelah menjelaskan asal-usulnya,ia lalu menyampaikan hajatnya.
“Apa hajatmu?” Tanya syekh tersebut.
“Guruku yang bernama Fulan bin Fulan meminta anda untuk memberinya nasihat melalui aku,”
“Kalau begitu kembalilah ke gurumu, sampaikanlah bahwa gurumu memberikan nasihat untuk berlaku zuhud terhadap dunia,” kata syekh itu dengan mantap.


Sang murid ini pun pulang dengan penuh kebimbangan. Bagaimana mungkin dirinya dinasihati agar menjauhi dunia sementara si pemberi nasihat sendiri memiliki kekayaan yang berlimpah.


Ia menghadap ke gurunya lalu menceritakan seluruh ihwalnya.Termasuk segala kebimbangannya terhadap apa yang disaksikannya. Gurunya tertawa.
“Begitulah hebatnya guruku, saat dunia berada di tangannya ia tetap bisa berlaku zuhud. Sangat berbeda denganku, betapapun telah kujauhi dunia tapi masih saja dunia membuatku terkesan. Bukankah Sulaiman juga adalah seorang nabi yang dilimpahi kekayaan yang tak terbatas. Bisakah kita menuduh nabi Sulaiman sebagai orang yang tidak berlaku zuhud dengan dunia?” Jelas gurunya.


Apa yang kau miliki, sementara tak satupun bisa kau ciptakan. Di dunia ini tak ada yang bisa dimiliki, dan semuanya tidak memiliki dirimu juga. Yang berhak memiliki adalah Allah, dan dirimu tidak dimiliki oleh selain-Nya.


Tradisi Tasawuf mengajarkan seperti itu: tak ada kepemilikan. Yang ada adalah asahan menuju ke kesempurnaan. Untuk beberapa abad, para sufi diidentikkan dengan pakaian kumuh dan hidup dalam kemelaratan karena tak punya apa-apa. Lalu digelarilah si Faqir. Mungkin saja itu benar sebagai gerakan pemberontakan terhadap hidup glamour yang berada di zamannya. Ia ingin memberikan kesan kepada manusia bahwa ketiadaan harta bukanlah berarti tak dapat hidup bahagia. Kini tibalah saatnya di mana sufi harus menguasai perekonomian, pemerintahan, social dan di segenap lini kehidupan. Ini demi mengajari kita bahwa dekat dengan harta dan jabatan tak lantas membuat jauh dari Tuhan.


Sufi adalah orang yang tidak memiliki dan tidak dimiliki. Saat dunia ada dalam genggaman, tapi tidak sampai merasuk di hati.

Sabtu, 18 Oktober 2014

Di Tepian Sungai


Dalam Muqaddimah Matsnawi, Rumi bersenandung dengan indah:



Dengarlah lagu seruling bamboo menyampaikan kisah pilu perpisahan
Tuturnya, “sejak aku berpisah dengan asal-usulku pokok bamboo yangrimbun, ratapku membuat lelaki dan wanita mengaduh.

Dalam pilu hari-hari hayat kami berlalu tak kenal waktu hari-harikami berjalan bersama kepiluan membara.


Di balik sebuah benteng ada sungai mengalir. Jernih airnya. Suara gemericiknya menemani hari-hari seseorang yang tengah berbaring  di atas sebuah benteng. Dia kehausan, sementara dinding tebal menghalanginya untuk mendapatkan air di sungai itu.Bagaimanakah derita seekor ikan yang dipisahkan dengan air? Begitulah gundahnya di atas benteng itu, putus harapan.

Teringat kisah, konon dahulu kala sebelum dunia digulung dengan alat komunikasi canggih. Kerinduan kepada sang kekasih itu diobati dengan mendatangi ketinggian. Di atas ketinggian itulah disenandungkan nyanyi rindu sembari memandangi rumah sang kekasih. Walaupun sekadar menatap atapnya, itu sudah menggetarkan baginya. Mengapa tidak mendatangi? Sebab dahulu adab lebih didahulukan dari nafsu.

Teringat dengan sebuah lagu yang pernah popular di zamannya dinyanyikan oleh Muhsin Alatas: “di antara hatimu-hatiku terbentang dindingyang tinggi. Tak satu jua jendela di sana agar kumemandangmu.”

Gemercik air samar-samar di dengar oleh orang yang tengah kehausan itu. Ia penasaran, sepertinya sebuah rindu akan segera terjawab. Dia mengambilbatu kerikil lalu melemparkannya ke dalam sungai. Ada suara percikan yang lebih keras terdengar indah di telinganya. Ada harapan, ada semangat.

Cinta memberi kekuatan. Ia merobohkan tembok itu sedikit demi-sedikit. Mulailah batu-bata di pukul, dipalu atau diapapun agar roboh. Setiap bongkahan batu yang terjatuh ke dalam sungai semakin jelaslah percikannya, semakin bahagialah ia. Baginya ia mendapatkan dua kebahagian ketika merobohokan tembok itu. Tidak hanya suara gemercik air yang menghidupkan hati dari kemeranaan tapi juga setiap bongkahan batu yang terjatuh akan lebih memberi peluang baginya untuk bertemu dengan sungai. Mencicipi segarnya airnya.Menikmati indahnya pinggirannya yang ditumbuhi pepohon rindang sejauh mata memandang. Sepertinya pohon itu mencicipi air dari sungai yang sama.

Tembok adalah tamsil hijab. Ia menghalangi para pejalan Tuhan untuk bertemu dengan-Nya, mengungkap segala rahasinya. Sebenarnya manusia adalah perindu yang kata Rumi, seperti suara seruling adalah nyanyian kerinduan untuk kembali ke rerimbun bambu. Perhatikan bayi yang baru lahir, mengapa dia menangis di saat yang di sekitarnya tersenyum? Sebab kehidupan di Rahim adalah kehidupan bercengkrama dengan Tuhan. Lalu keterpisahan itu membuat luka dan kitapun menangis.

Seiring waktu, suara tangisan itu tidak lagi diartikan sebagai rasa sakit karena keterpisahan. Air susu, makanan, harta benda,sahabat dll berbicara bahwa dirinyalah jawaban dari rasa sakit. Dunia berbohong.Semakin dimiliki, semakin membuat dahaga. Padahal jauh di lubuk nurani terdalam,Tuhanlah yang sebenarnya dicari.

Taubat itu berarti kembali. Yang bersungguh-sungguh taubatnya akan menangis. Itu tangis kerinduan. Yang bersungguh-sungguh zikirnya  menangis. Yang bersungguh sungguh ibadahnya akan tersedu-sedu tersungkur merenda. Itutangis kerinduan. Tanda kembalinya seorang hamba kepada Tuhan yang selama inidibuat jarak oleh dunia yang menipu.

Akhirnya di tepian sungai seorang hamba merobohkan dinding-dinding keangkuhan dan kesombongan. Merobohkan dinding-dinding maksiat agar bisa mencicipi air keberkahan sebagaimana pohon-pohon yang tumbuh subur di tepian sungai.


Terakhir, kita dengar lagi senandung Rumi:
Kalaulah hari- hari kami mesti pergi, biarlah ia pergi! Kami tidakpeduli.
Kekallah Kau, sebab tiada sekudus Kau


Selasa, 14 Oktober 2014

Faqir

Yajnavalkya, seorang guru bijak pernah berkata:

Anda tidak akan pernah melihat Yang Maha Melihat dengan melakukan tindakan Melihat. Anda tidak akan pernah mendengar Yang Maha Mendengar dengan melakukan tindakan mendengar. Anda tidak akan dapat berpikir dengan Yang Maha Pemikir dengan melakukan pemikiran. Anda tidak akan dapat mempersepsi Yang Maha Mempersepsi dengan melakukan tindakan mempersepsi.
Latihan untuk tidak mendengar, melihat dan mempersepsi adalah pekerjaan berat. Sebab ia bukanlah pekerjaan indra, ia adalah pekerjaan batiniah yang membutuhkan kedisiplinan latihan dibawah bimbingan guru. Demi menghilangkan rasa takut dan kengerian serta terbebas dari kecemasan, seorang terkadang harus menjalaninya bertahun-tahun. Bergulat dengan gejolak batin yang muncul di setiap maqam yang dilewatinya. Mustahil pencerahan bisa muncul kecuali terbebas dari ego agresif asertifnya. Mulailah diajari gaya hidup sederhana, merendahkan diri, mengurusi perapian Guru, berperilaku sopan tanpa pamrih kepada orang.


Ibnu Arabi pernah mengajarkan sebuah do’a yang unik. “Ya Allah, hamba menginginkan agar  tidak memiliki keinginan.” Keinginan dalam sudut pandang sufi tidak lebih dari nafsu yang memanggil untuk diberi makan dan ditumbuhkan. Mereka yang sibuk memenuhi keinginan pada akhirnya lupa untuk bersyukur. Maka apa yang ingin diajarkan oleh Ibnu Arabi tidak lebih dari keinginan untuk mencapai ketenangan jiwa. Orang yang menginginkan Tuhan dalam hidupnya itu sudah berarti tidak memilikilagi keinginan. Tidak akan meminta lebih dari yang dimiliki, hanya meminta untuk diajarkan cara untuk bersyukur yang lebih baik.

Di antara kaum Muhajirin terdapat orang-orang yang digelari fuqara. Mereka hidup di Masjid untuk menfokuskan diri kepada Tuhannya tanpa sedikitpun ragu jika Dia tidak memenuhi kehidupan sehari-harinya. Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan apapun kecuali Allah. Inilah yang  digambarkan al-Quran:”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Allahnya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaannya,”(Q.S. a-An’am:52)

Faqir, tidak berarti tidak boleh mencari harta untuk kebutuhannya. Namun sedikitpun tidak terbetik di hatinya kepemilikan terhadap apapun, dan juga tidak sedikitpun merasa dimiliki apapun. Sepenuhnya adalah untuk Tuhannya. Itulah mengapa Faqir menjadi salah satu jalan untuk menemukan Tuhan dan kita akan menemukan ajaran ini di seluruh ajaran sufi. Berkata seorang Syekh:Laysa al-faqir man khala min as-zad: innama al faqir man khala min al-murad,” Orang fakir bukanlah yang tidak memiliki persediaan makanan, akan tetapi orang faqir adalah yang tidak memiliki keinginan,”

Faqir, salah satu langkah untuk melihat kebenaran tanpa menggunakan indra

Minggu, 12 Oktober 2014

Self- Survival(Sintas Diri)

Ego takut akan pengalaman mistik yang mentransformasi diri. Perubahan besar yang akan terjadi selama dan setelah transformasi diri akan mematikan eksistensi ego. Dari “aku menjadi “kita” adalah hal yang menyakitkan bagi ego. Ego yang bersifat narsis lagi matersialistik berubah menjadi kasih sayang tanpa batas dan percaya kepada Tuhan bukanlah zona nyaman ego yang selalu menginginkan sifat stabil tanpa perubahan,

Sang Bayangan, Istilah Carl Gustav Jung untuk menggambarkan betapa gelapnya kehidupan ego. Ia selayaknya kekuatan Iblis yang menolak bersujud kepada Adam karena kesombongannya. Ia tidak ingin ada orang lain, hanya ada dirinya sendiri. Diri yang terpisah. Diri yang dijunjung. Sebagian Ulama ada yang mengatakan bahwa Iblis pada mulanya memang adalah kekasih Tuhan yang memiliki derajat selayaknya malaikat. Kecemburuan kepada Adamlah yang menurunkan derajatnya sebagai makhluk yang dilaknat hingga masa berakhir.

Walau para sufi memandang alam raya ini dengan cinta Tuhan, tetap saja setiap ada cahaya pasti ada bayangan. Sang Bayangan inilah pencuri apa yang berharga dari kehidupan spiritual manusia. Semakin berharga isi rumah spiritual manusia semakin ia mendatangi untuk merebutnya. Ia seperti wanita pecemburu yang menginginkan semua madunya hancur untuk mendapatkan perhatian lelakinya hanya untuk dirinya. Gemuruh perlawanan batiniah terjadilah. Amuknya kian hari kian membesar. Para penempuh jalan spiritual pemula seolah dibuat bingung, dari bahan bakar apa sehingga Sang Bayang itu tak pernah kehabisan energy? Padahal ia sendiri mulai lelah. Perang yang berkecamuk di dada itu telah digambarkan oleh baginda nabi sebagai perang melawan hawa nafsu. Ketika itu Rasulullah dan para sahabatnya telah kembali dari medan pertempuran yang sangat dahsyat karena memakan korban yang begitu banyak. Tapi Rasulullah berkata, “Sebenarnya kita baru saja pulang dari peperangan yang kecil menuju peperangan yang lebih besar.”

“Yang manakah peperangan yang lebih besar itu ya Rasulullah?”
“Perang melawan hawa nafsu.” Jawab Rasulullah.

Memang, perang yang terjadi di dunia luar tidak sebanding dengan perang yang berkecamuk di dalam diri. Di sini perang tanpa akhir, tapi di luar sana perang bisa saja berakhir. Di sini perang begitu kompleks, multi strategy dan butuh kejelian karena sekutu dan lawan serupa dan akan terus serupa sepanjang masa.  Tapi perang di dunia luar, segera akan diketahui siapa lawan, siapa sekutu.

Coba perhatikan, gelap malam yang mencekam. Si pencuri itu datang ingin mengambil seluruh perhiasan berharga di dalam rumahmu. Mengendap-ngendap, tapi dirimu memiliki insting yang sudah terasah sehinggap mengetahui langkah kaki yang tidak biasanya dan suara berisik yang asing. Dia pencuri. Dengan sigap engkau mengambil sebilah pisau sebelum ia menghabiskan seluruh perhiasanmu, tapi dia ternyata memiliki belati. Saat engkau mengambil pedang, ia mengancammu dengan samurainya. Saat dirimu menggenggam sepucuk pistol, ia menodongkan pistolnya juga. Seolah senjata apapun yang engkau miliki, semuanya dimilikinya juga. Si ego mencerminkan kekuatan apapun yang engkau miliki. Sang bayang muncul mencerminkan bentuk tubuhmu.

Namun tanpa senjata apapun, nyalakan lampu hingga cahayanya berpendaran memenuhi seluruh ruangan, Sang Bayang akan hilang.

Gagasan terburuk adalah melawan ego. Melawan adalah cara untuk selalu kalah dalam kompetisi melawan Iblis dan pasukannya. Betapapun kuatnya manusia, ketika diadu dengan syetan selalu saja manusia kalah dan syethan akan keluar jadi pemenangnya. Adalah sangat penting menghimpun sebanyak mungkin cahaya Tuhan, itulah cara terbaik memenangkan pertempuran tanpa peperangan. Sebenarnya engkau tidak melawannya, hanya saja Rahmat Allah begitu besar untukmu.