Di sini kita berjumpa dengan pencerahan, belajar untuk tidak menanggapi masa depan dengan ke khawatiran. Sebelum ini, kita dibuat terbiasa menggendong masa lalu yang demikian beratnya. Di luar batas kemampuan, seperti mempersiapkan datangnya tamu di kemudian hari yang bernama kegelisahahan. Ketidakmampuan memaafkan, berarti menambah beban dipunggung sementara manusia terus dipaksa oleh waktu untuk berjalan maju, tanpa jeda.
Mana mungkin bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaikinya, waktu bukanlah roda yang bisa diputar kembali. Tapi ada yang mengusai waktu dan tidak terikat dengannya. Dalam hening do’a-doa kita segera temukan bimbingan-Nya.
Memaafkan diri sendiri yang terlanjur tergores oleh masa lalu adalah langkah selanjutnya. Bila orang lain tak ada satupun yang bisa menerima, masih tersisa satu orang yang bisa mengerti diri kita secara utuh, yakni diri kita sendiri. Bahwa semua kejadian memiliki waktu dan tempatnya masing-masing. Berjalan apa adanya tanpa cela, di dalam takdir-Nya.
Baik-buruk adalah pesan-pesan rohani. Baik adalah pesan motivasi dan buruk adalah pesan untuk tahu diri. Dan selalu begitu. Pesan-pesan semesta seperti lidah-lidah Tuhan yang berbicara kepada manusia. Untuk itu diperlukan interaksi universal dalam memandang semuanya. Baik-buruk, sakit-sehat, derita-bahagia,malapetaka-kete
Di sini kami dijumpakan dengan seorang guru, yang membimbing tiada lelah. Bertemu dengan sejawat yang tiada pernah kehilangan senyum. Di sini kami berkumpul untuk saling menopang agar bisa berdiri bersama, lalu belajar berjalan untuk menghadap-Nya. Dia akan berlari untuk menyambut kita, sebagaimana janji-Nya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan Share