Pages

Minggu, 24 Mei 2015

Sejenak Rehat

Suatu ketika seorang Sufi mendatangi seorang tabib dengan wajah yang terlihat sangat ceria. Sama sekali di wajahnya tidak tergambar sesuatu yang memberi tanda jika dirinya sedang menderita suatu penyakit tertentu. Alih-alih mengeluhkan penyakit yang dideritanya, ia malah berkata," Tabib, tubuh saya semuanya dalam keadaan beres."Dengan wajah yang tidak percaya, sang tabib tetap melanjutkan pemeriksaan kepada Sang Sufi untuk tanpa membalas komentar yang dilontarkan Sang Sufi tadi. 

Tidak lama kemudian Tabib itu berseru dengan nada tinggi,"lah, menurut diagnosa saya, penyakit tuan sudah sangat parah dan harus segera ditangani. Tapi mengapa tuan malah mengatakan jika tubuh anda semuanya masih dalam keadaan beres?" Dengan tenang Sang Sufi tadi menjawab,"sebab sakit dan masalah apapun itu merupaka sifat kealamian kehidupan. Adalah lumrah jika sewaktu-waktu tubuh ini sakit."

Sebagaimana lumrahnya hujan yang turun, matahari yang panas, pemanas air yang rusak karena digunakan terus menerus, rumah yang mulai reot, batu yang lapuk, seperti itu pulalah tubuh yang sakit, bencana alam yang menimpa, kematian, kemiskinan dll. Lumrah-lumrah saja jika demikian. Penderitaan terjadi jika seseorang meminta kepada dunia sesuatu yang dunia tidak bisa penuhi: meminta kebahagian tanpa penderitaan, meminta kesehatan tanpa sakit, meminta kesejahteraan tanpa kemiskinan, meminta keadilan tanpa kezaliman. Jika sehat, mesti ada sakit, jika kaya mesti ada miskin, jika damai mesti ada perang, jika adil mesti ada yang dzalim. 

Jika sejenak saja manusia undur dari huru-hara kehidupan, akan ditemukan kesimpulan yang dalam tentang kehidupan. Bahwa tak ada yang salah dengan kehidupan. Lumrah saja dunia seperti yang tengah tejadi saat ini, di masa lalu ataupun di masa yang akan datang. Tugas manusia bukan meminta sesuatu yang dunia tidak bisa penuhi: meminta agar kehidupan sejalan dengan yang dikehendaki. Setelah ikhtiar sempurna, tugas selanjutnya adalah memahami, menerima dan melepaskan. Seperti deburan ombak yang pada akhirnya merunduk pasrah di bibir pantai, seganas apapun itu. Sebagaimana pohon yang bergerak dalam keikhlasan sempurna menuju cahaya matahari. Bahkan sebagian sahabat seperjalanan yang sudah mulai tercerahkan mengatakan, "Jika saja kita yakin bahwa Tuhan melayani manusia tanpa jeda maka apa lagi yang perlu dikhawatirkan dengan masa depan, yang disedihkan darimasa lalu."

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Silahkan Share