Yajnavalkya, seorang guru bijak pernah berkata:
Anda tidak akan pernah melihat Yang Maha Melihat dengan melakukan tindakan Melihat. Anda tidak akan pernah mendengar Yang Maha Mendengar dengan melakukan tindakan mendengar. Anda tidak akan dapat berpikir dengan Yang Maha Pemikir dengan melakukan pemikiran. Anda tidak akan dapat mempersepsi Yang Maha Mempersepsi dengan melakukan tindakan mempersepsi.
Ibnu Arabi pernah mengajarkan sebuah do’a yang unik. “Ya Allah, hamba menginginkan agar tidak memiliki keinginan.” Keinginan dalam sudut pandang sufi tidak lebih dari nafsu yang memanggil untuk diberi makan dan ditumbuhkan. Mereka yang sibuk memenuhi keinginan pada akhirnya lupa untuk bersyukur. Maka apa yang ingin diajarkan oleh Ibnu Arabi tidak lebih dari keinginan untuk mencapai ketenangan jiwa. Orang yang menginginkan Tuhan dalam hidupnya itu sudah berarti tidak memilikilagi keinginan. Tidak akan meminta lebih dari yang dimiliki, hanya meminta untuk diajarkan cara untuk bersyukur yang lebih baik.
Di antara kaum Muhajirin terdapat orang-orang yang digelari fuqara. Mereka hidup di Masjid untuk menfokuskan diri kepada Tuhannya tanpa sedikitpun ragu jika Dia tidak memenuhi kehidupan sehari-harinya. Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan apapun kecuali Allah. Inilah yang digambarkan al-Quran:”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Allahnya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaannya,”(Q.S. a-An’am:52)
Faqir, tidak berarti tidak boleh mencari harta untuk kebutuhannya. Namun sedikitpun tidak terbetik di hatinya kepemilikan terhadap apapun, dan juga tidak sedikitpun merasa dimiliki apapun. Sepenuhnya adalah untuk Tuhannya. Itulah mengapa Faqir menjadi salah satu jalan untuk menemukan Tuhan dan kita akan menemukan ajaran ini di seluruh ajaran sufi. Berkata seorang Syekh:Laysa al-faqir man khala min as-zad: innama al faqir man khala min al-murad,” Orang fakir bukanlah yang tidak memiliki persediaan makanan, akan tetapi orang faqir adalah yang tidak memiliki keinginan,”
Faqir, salah satu langkah untuk melihat kebenaran tanpa menggunakan indra
Anda tidak akan pernah melihat Yang Maha Melihat dengan melakukan tindakan Melihat. Anda tidak akan pernah mendengar Yang Maha Mendengar dengan melakukan tindakan mendengar. Anda tidak akan dapat berpikir dengan Yang Maha Pemikir dengan melakukan pemikiran. Anda tidak akan dapat mempersepsi Yang Maha Mempersepsi dengan melakukan tindakan mempersepsi.
Latihan
untuk tidak mendengar, melihat dan mempersepsi adalah pekerjaan berat.
Sebab ia bukanlah pekerjaan indra, ia adalah pekerjaan batiniah yang
membutuhkan kedisiplinan latihan dibawah bimbingan guru. Demi
menghilangkan rasa takut dan kengerian serta terbebas dari kecemasan,
seorang terkadang harus menjalaninya bertahun-tahun. Bergulat dengan
gejolak batin yang muncul di setiap maqam yang dilewatinya. Mustahil
pencerahan bisa muncul kecuali terbebas dari ego agresif
asertifnya. Mulailah diajari gaya hidup sederhana, merendahkan diri,
mengurusi perapian Guru, berperilaku sopan tanpa pamrih kepada orang.
Ibnu Arabi pernah mengajarkan sebuah do’a yang unik. “Ya Allah, hamba menginginkan agar tidak memiliki keinginan.” Keinginan dalam sudut pandang sufi tidak lebih dari nafsu yang memanggil untuk diberi makan dan ditumbuhkan. Mereka yang sibuk memenuhi keinginan pada akhirnya lupa untuk bersyukur. Maka apa yang ingin diajarkan oleh Ibnu Arabi tidak lebih dari keinginan untuk mencapai ketenangan jiwa. Orang yang menginginkan Tuhan dalam hidupnya itu sudah berarti tidak memilikilagi keinginan. Tidak akan meminta lebih dari yang dimiliki, hanya meminta untuk diajarkan cara untuk bersyukur yang lebih baik.
Di antara kaum Muhajirin terdapat orang-orang yang digelari fuqara. Mereka hidup di Masjid untuk menfokuskan diri kepada Tuhannya tanpa sedikitpun ragu jika Dia tidak memenuhi kehidupan sehari-harinya. Mereka adalah orang-orang yang tidak menginginkan apapun kecuali Allah. Inilah yang digambarkan al-Quran:”Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Allahnya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaannya,”(Q.S. a-An’am:52)
Faqir, tidak berarti tidak boleh mencari harta untuk kebutuhannya. Namun sedikitpun tidak terbetik di hatinya kepemilikan terhadap apapun, dan juga tidak sedikitpun merasa dimiliki apapun. Sepenuhnya adalah untuk Tuhannya. Itulah mengapa Faqir menjadi salah satu jalan untuk menemukan Tuhan dan kita akan menemukan ajaran ini di seluruh ajaran sufi. Berkata seorang Syekh:Laysa al-faqir man khala min as-zad: innama al faqir man khala min al-murad,” Orang fakir bukanlah yang tidak memiliki persediaan makanan, akan tetapi orang faqir adalah yang tidak memiliki keinginan,”
Faqir, salah satu langkah untuk melihat kebenaran tanpa menggunakan indra
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan Share